guru inspiratifku

M azanul rezki

XI IPS 3

senin 30 september

Penampilannya sangat sederhana, mengenakan seragam seadanya. Bertubuh ideal tidak terlalu tinggi dan tidak pendek.  Ada sesuatu hal yang membuatnya unik di mataku, dia selalu mengenakan peci yang tidak biasa dari rekan kelasnya, itulah salah satu penyebab sehingga pandanganku seolah tercuri oleh penampilannya yang sangat langka, yang tidak aku temukan di kelas lain. Pecinya yang terlihat buram dan pudar layaknya sebuah pakaian yang sudah tak berwarna bagaikan cucian yang sudah lama terendam. Karakternya yang baik hati, murah senyum, dan terkadang dia sering tertidur di saat aku menjelaskan di kelasnya. Tapi, aku sangat terpikat dengan antusiasnya ketika belajar, dia menunjukkan semangat yang luar biasa yang  membuatku memberikan perhatian padanya.
Pada suatu hari, aku menjelaskan materi  tentang Hukum Pascal pada materi IPA kelas 8. Dia selalu menunjukkan semangatnya yang luar biasa di saat aku menjelaskan. Setelah menjelaskan materi pelajaran di depan para siswa, aku pun mencoba bertanya kepada semua siswa. Apakah mereka sudah memahami tentang materi yang sudah aku jelaskan. Hampir semuanya menjawab “Sudah paham pak guru.” Aku pun mencoba memberikan soal latihan sebagai uji pemahaman mereka tentang apa  yang sudah aku sampaikan. Aku menuliskan soal di papan tulis yang berwarna hitam, meskipun di kelas itu ada dua papan tulis yang tersedia, yaitu whiteboard/papan putih dan papan hitam. Aku pun menulis di papan hitam. Aku mencoba memberikan soal yang sederhana terlebih dahulu agar mereka lebih mudah memahami tentang apa yang aku sampaikan saat itu.
Sembari menunggu mereka menyelesaikan soal yang sudah aku berikan, aku mencoba mendekati siswa yang ku lihat masih kebingungan dalam mengerjakannya. Setelah mencoba mendekati mereka, ada satu siswa yang mencuri perhatianku, siswa ini menulis di secarik kertas yang mungil. Nampaknya kertas itu dari sobekan utuh dari selembar kertas, yang ukurannya 1/3 dari kertas biasa yang digunakan menulis oleh siswa. Aku pun mencoba mendekati dan menatap matanya yang penuh misteri. Awalnya aku nampak sedikit kesal melihatnya, karena hanya menggunakan potongan kertas untuk menjawab soal latihan yang kuberikan, aku merasa tersinggung seperti rasanya tidak dihargai oleh siswaku. Tapi, nampaknya itu hanya pikiran negatifku yang membuatku terjerumus dengan ketidak tahuanku yang hanya sekedar menebak, tanpa menanyakannya terlebih dahulu. Akhirnya aku putuskan untuk melontarkan pertanyaan sederhana, sambil aku mencoba mengekplorasi masalah yang mengintimidasinya.
Aku mencoba melontarkan pertanyaan dengan nada lemah lembut,
“Buku kamu mana Jan? Kenapa menggunakan selembar kertas?”
Nama panggilannya Jan, nama lengkapnya Jannatul Hadi. Dia langsung menjawab dengan kepolosannya,
“Buku saya habis Pak Guru”
begitulah jawaban singkat yang keluar dari bibirnya. Jawabannya yang penuh kejujuran, itu terpancar dari raut wajahnya yang begitu malu dan penuh ketakutan. Membuat aku yakin seratus porsen atas jawabannya. Aku mencoba membuka percakapan lagi untuk mencari tahu tentang masalah yang dialaminya. Aku pun memerintahkannya untuk menggunakan buku yang lain yang dibawa pada hari itu, agar jangan sampai menggunakan selembar kertas. Dia pun mencoba mengeluarkan sebuah buku dari tasnya yang terlihat sangat lusuh. Semakin menambah keperihatinanku kala itu.
Saat dia membuka resleting tas yang dimilikinya, aku sedikit kaget nampaknya bukunya hanya satu. Itupun bukunya terlihat sangat tipis, kertas bukunya sudah habis terpakai dan tersisa hanya beberapa halaman yang masih kosong. Setelah melihat kenyataan pahit yang dialami siswaku, aku pun merasa tersentuh, batinku tak tertahankan merasakan pilu yang mendalam, meskipun tanpa mengeluarkan air mata. Tapi, batinku sangat peka dengan keadaannya. Aku pun terdiam seribu bahasa dan terhenyak dalam keheningan suasana saat itu. Sepulang dari sekolah aku berinisiatif untuk membelikannya buku untuk dia gunakan. Nampaknya selembar kertas itu membuatku sadar atas nikmat yang selama ini aku terima. Tapi, tidak semua orang merasakan nikmat itu.
Setelah dua hari kemudian sejak peristiwa itu, aku bergegas menuju minimarket terdekat untuk membelikannya buku yang jumlahnya 10 buah atau satu lusin. Keesokan harinya, aku mencoba memasuki kelasnya sebelum jam pelajaran dimulai. Dan memenaggil namanya untuk menuju ruanganku. Dia pun langsung bergegas dengan penuh kebingungan. Nampaknya dia sedikit takut, karena biasanya kalau dipanggil oleh guru siswa itu merasa takut. Karena takut dihukum. Tapi, itu semua hanya pikiran seorang siswa yang belum tahu maksud dari gurunya.
Setelah mengajaknya disebuah ruangan yang sangat sederhana dan kala itu hanya kami berdua. Aku pun mencoba membuka percakapan dengan melontarkan pertanyaan kepadanya,
“Jan, apakah kamu sudah membeli buku?”
Begitulah pertanyaan yang aku lontarkan. Dia pun menjawab dengan lugas,
“Belum, pak. Saya belum punya uang.”
Mendengar jawabannya yang penuh dengan kejujuran, membuatku terdiam penuh dengan kesedihan meskipun hanya di dalam batinku, aku tak sanggup menahan kesedihan yang dialaminya mataku pun sedikit berkaca-kaca. Baru kali ini aku bertemu dengan sosok siswa seperti ini. Aku sangat prihatin melihat kondisinya. Aku pun mencoba bertanya kembali untuk menggali informasi lebih banyak lagi tentang keadaannya.

“Apakah orang tuamu masih ada?”
Begitulah pertanyaan yang aku lontarkan, dan dia langsung menjawab,
“Masih pak, tapi kedua orang tua saya pergi merantau, ayah saya ke Malaysia dan ibu saya ke Batam.”
Mendengar informasi yang diutarakan tersebut dalam benak saya langsung berpikir. Mungkin orang tuanya sudah cerai makanya keduanya pergi merantau.

Selepas mendengarkan penjelasan yang diutarakan, Aku pun mengeluarkan satu lusin buku dan sebuah bolpoin dari tas hitam yang sering Aku kenakan ke sekolah, dan langsung memberikan kepadanya. Senyum manis keluar dari bibirnya, menunjukkan suasana hatinya yang sedang merasakan kebahagiaan setelah menerima buku itu. Nampaknya Dia sedikit terharu, karena masih ada sosok guru yang memperhatikannya. Aku pun memerintahkannya untuk segera masuk ke kelas dan mengikuti jam pelajaran pada hari itu

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Mulai